Arah Baru yang
Menjanjikan
Kita tampaknya harus mengakui bahwa J.J. Abrams memang punya tugas dan
tanggung jawab yang berat di Star Wars Eps VII: The Force Awakens ini. Pertama,
kita berbicara soal sebuah film, sebuah franchise raksasa lintas generasi
dengan basis fans fanatik yang begitu kuat. Bukan sesuatu yang mudah untuk
menawarkan sesuatu yang baru di dalamnya, tentu saja. Kedua, dengan fakta bahwa
ia akan “melanjutkan” tiga episode dari trilogi pertama Star Wars, ada sedikit
ekspektasi soal nostalgia di sini. Untuk hal ini, ia melakukan tugasnya dengan
sangat baik. The Force Awakens adalah sebuah kisah yang akan menarik generasi
fans baru tetapi juga menyediakan fan service yang cukup memuaskan untuk mereka
yang sudah jatuh hati lama dengan seri ini. Sayangnya, ada sesuatu yang
berakhir jadi dilema tersendiri di dalamnya.
Untuk mereka yang mengikuti Star Wars, hampir tak ada sesuatu yang “baru”
di The Force Awakens selain plot dan karakter yang ia tawarkan. Mengapa? Karena
sensasi nostalgia yang ia tawarkan mengalir kentara dari beragam formula yang
sebenarnya sudah diiimplementasikan di trilogi awal (IV – V – VI) yang kemudian
mengalami sedikit modifikasi dan ditawarkan ulang dalam format yang baru dan
berbeda. Dulu Anda punya Death Star, sekarang Anda punya Starkiller Base. Dulu
Anda punya kisah seorang yang bukan siapa menjadi seseorang yang penting, di
sini Anda juga mendapatkan hal yang sama, dulu Anda punya Darth Vader, dan
sekarang Anda punya Kylo Ren. Ada rumus yang terasa familiar di sana. Namun
apakah berarti The Force Awakens sesuatu yang buruk dan monoton? Tunggu dulu.
Karena terlepas dari sensasi nostalgia tersebut, ia berhasil membangun sebuah
pondasi yang kokoh untuk dua seri selanjutnya. Sebuah pondasi yang cukup untuk
membuat kami penasaran dan ingin segera agar kedua seri lanjutan tersebut
dirilis secepat mungkin.
Daya tarik yang diracik dengan mengkombinasikan banyak elemen lawas dalam
karakter dan cerita baru ini berakhir sangat memuaskan. Ditambah dengan
kemampuan J.J. Abrams untuk menawarkan sebuah atmosfer dunia Star Wars yang
tepat sasaran dan hidup, apalagi dengan komitmen untuk membangun sebagian besar
karakter dan setting secara fisik tanpa CGI, menyempurnakan segala sesuatunya.
Namun kekuatan utama Star Wars dari kacamata kami justru terletak pada karakter
yang luar biasa.
Kekuatan Karakter dan
Casting
Kemampuan teknologi saat ini memang membuat The Force Awakens terlihat luar
biasa dan menawarkan begitu banyak fan service yang mungkin tak bisa dicapai di
masa lalu, mengingat betapa “kakunya” pertempuran trilogi pertama karena
keterbatasan teknologi di tahun 1970-an silam. Dengan teknologi saat ini, The
Force Awakens bisa membangun apapun yang ingin mereka bangun. Dogfighting
antara Millenium Falcon dan Tie Fighters, efek destruktif Starkiller, hingga
kedatangan dramatis para X-Wing di atas air dengan kecepatan tinggi, The Force
Awakens memperlihatkan sensasi sebuah film Star Wars “modern” yang kentara.
Namun pada akhirnya, acungan jempol yang membuat The Force Awakens bersinar
justru terletak pada karakter yang ia tawarkan.
Karakter dan casting, inilah dua kekuatan utama The Force Awakens. Siapa
yang menyangka bahwa kisah persahabatan antara seorang Stromtrooper yang mulai
mempertanyakan hati nuraninya sendiri dan seorang pengumpul barang rongsokan
dari Jakku berakhir menjadi sebuah eksekusi kisah yang luar biasa. Anda mungkin
baru mengenal Rey, Anda mungkin baru mengenal Finn, namun keduanya hadir dengan
karakter yang kuat dan konflik yang akan membuat Anda terus tertarik. Apalagi
interaksi keduanya terlihat natural, hidup, dan dipenuhi dengan bumbu humor
yang tepat sasaran. Seberapa efektif keduanya? Cukup untuk membuat kami
tenggelam dan sempat tak lagi peduli apakah Han Solo, Leia, atau Luke akan
muncul di layar atau tidak di episode terbaru ini. Terlepas dari sensasi
nostalgia yang ada, J.J.Abrams berhasil membuatnya lebih tegas bahwa episode
baru ini tak pernah soal meracik ulang masa lalu dalam bungkusan baru. Ini
adalah soal perjalanan dan kisah kepahlawanan yang berbeda.
Salut juga pantas diarahkan pada sosok Kylo Ren, yang harus kami akui,
cukup kami pandang “rendah” di awal-awal rilis trailer. Mengapa? Karena secara
rasional, Abrams punya pekerjaan berat untuk membuat Kylo Ren semenarik atau
sefantastis sosok seorang Darth Vader yang ikonik. Tak mudah untuk mengganti
sosok seorang Sith Lord bertangan dingin yang satu ini. Namun ketika Kylo Ren
pertama kali muncul, kami langsung jatuh hati. Bukan karena ia lebih baik
daripada Darth Vader, tetapi karena ia berbeda daripada Darth Vader. Karena
posisinya tidak pernah soal “mengganti” peran seorang Darth Vader. Kylo Ren
berhasil mengukuhkan diri sebagai seorang tokoh antagonis dengan daya tarik
yang berbeda. Sebuah daya tarik dengan motif yang lebih kuat, lebih emosional,
dan lebih personal di atas desain lightsaber dan bunyi dengungnya yang cukup
untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Kylo Ren adalah sebuah magnet baru
yang diracik fantastis. Ia bukan Darth Vader, ia adalah seorang tokoh
antagonis yang berbeda namun sama atau bahkan, lebih menarik.
Dan di atas semua karakter baru ini, berdiri karakter-karakter lawas ikonik
yang akhirnya kembali dalam bentuk yang lebih tua dan keren di saat yang sama.
Harrison Ford bahkan mampu terlihat “lebih Han Solo” dibandingkan Han Solo di
kala ia muda berkat interaksinya dengan Chewbacca sekaligus beragam komentar
pendek, singkat, tajam, sekaligus aksinya yang keren. Sementara Leia juga
kembali dengan posisi dan peran yang lebih besar dan penting dibandingkan diri
mudanya. Luke? Anda harus cari tahu sendiri dengan menonton film ini.
Bersama dengannya, dunia Star Wars dengan beragam makhluk asing dan tentu
saja droid baru – BB-8 yang akan membuat hati Anda terenyuh jatuh hati.
Karakter adalah kekuatan utama Star Wars Eps. VII: The Force Awakens.
J.J. Abrams juga berhasil menangkap talenta yang luar biasa untuk The Force
Awakens ini. Sebelum film ini, siapa dari Anda yang mungkin familiar atau
sempat mendengar nama Daisy Ridley atau John Boyega sebelumnya? Sebagian besar
dari kita tak pernah. Apalagi fakta bahwa (bukan bermaksud rasis) bahwa John
Boyega seorang aktor kulit hitam yang jadi fokus di beberapa trailer sebelumnya
membuat seolah Abrams berjuang untuk menambahkan ekstra Shock Value untuk The
Force Awakens. Namun keraguan ini seolah ditepis sejak awal Anda menikmati film
ini. Apresiasi tertinggi pantas diarahkan pada akting dua karakter utama ini
yang begitu luar biasa. Tak ada momen tak natural, reaksi yang diproyeksikan
keluar dengan semestinya, cukup untuk membuat Anda percaya bahwa karakter yang
mereka bawa memang “hidup”. Performa yang fantastis juga diperlihatkan oleh
Adam Driver yang punya jauh lebih banyak hal untuk diperlihatkan, lebih dari
sekedar topeng Kylo Ren yang ia usung.