judul :
sumber : http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti2/article/download/267/418
pengarang : Victorianus Aries Siswanto
Krisis ekonomi di Indonesia yang tidak kunjung selesai membuat usaha-usaha besar gulung tikar dan membuat beban bagi bangsa dan negara makin berat karena dengan usaha yang gulung tikar maka semakin banyaknya pengangguran dan tanggung jawab negara uga akan semakin besar. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah seolah-olah tidak ada hasilnya, PHK dan pengangguran pun semakin bertambah, ditambah lagi bulan Mei 2008 BBM naik lagi, semakin komplekslah masalah perekonomian di Indonesia.
Bila dicermati secara lebih mendalam, ternyata usaha kecil yang kadang dianggap remeh justru usaha tersebut dapat bertahan dan bahkan semakin berkembang. Dalam menghadapi era globalisasi, banyak negara yang tergabung dalam Dewan Milenium, pada September 2000 di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyepakati kerangka pembangunan global untuk perbaikan dan pencapaian kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik dan layak. Kerangka tersebut dituangkan dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Develpoment Goals, MDGs). Isi kerangka tersebut yang telah di sepakati tersebut sama seperti Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. Tujuan pembangunan milenium yang dideklarasikan adalah mengentaskan kemiskinan dan kelaparan, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita serta menjamin keberlangsungan lingkungan hidup.
Tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah 209 juta merupakan jumlah penduduk terbesar ke 4 didunia. Dari jumlah tersebut 105 juta (50,24%) adalah wanita dan 10 juta (49,76%) pria. Dari data tersebut sudah dapat dilihat bahwa umlah wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Indonesia yang berusia10 tahun keatas, pendidikan yang ditamatkan wanita masih lebih rendah dari pria di semua jenjang pendidikan terlebih lagi pada tingkat perguruan tinggi. Di kota: 27% wanita tidak tamat SD, 28% tamat SD, 18% tamat SLTP, 22% tamat SMU/SMK, dan hanya 5% tamat perguruan Tinggi,
Disamping karna faktor pendidikan, munculnya persoalan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor ideologi, struktural dan kultural, ketiganya saling terkait menguatkan satu situasi dengan situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi perempuan. Ideologi yang bergandengan dengan ideologi gender telah merasuki struktur kultural masyarakat yang menempatkan perempuan di posisi pinggiran. Nilai-nilai yang mengunggulkan peran dan status laki-laki telah mendukung terciptanya peran dan status perempuan yang bersifat sekunder. Persoalan wanita adalah persoalan struktural dengan faktor, penyebab dan kendala yang tidak tunggal antara lain adanya keterbatasan kaum wanita untuk memperoleh pendidikan, memperoleh akses ekonomi, berorganisasi, beraspirasi dan lainnya masih tetap berlaku. Budaya Tradisional dimana adanya ketimpangan gender. Kondisi-kondisi itu lah yang membuat wanita pada posisi yang terjepit dan semakin tidak bisa bergerak.
Keadaan sekarang yang banyak terjadi adalah suami yang seharusnya sebagai kepala rumah tangga sudah banyak yang menjadi pengangguran tidak kentara, padahal kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak berjalan terus setiap harinya. Dengan keadaan inilah untuk menjaga kelangsungan hidup dan keluarganya, para istri yang semula sebagai ibu rumah tangga mulai berperan ganda melibatkan diri dalam berbagai usaha yang produktif. Sebenarnya wanita sangat berpotensi untuk menciptakan berbagai kegiatan yang produktif yang dapat membantu ekonomi keluarga. Dengan potensi tersebut wanita dapat berperan dalam pemulihan ekonomi yang masih diselimuti berbagai permasalahan.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Seberapa jauh wanita menggunakan teknologi informasi dalam pengembangan usaha kecil menengah.
2. Seberapa jauh peran serta wanita dalam usaha kecil menengah.
3. Bagaimana kemungkinan pengembangan kemampuan dan peran serta mereka dalam pengembangan usaha kecil menengah.
TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis peran wanita dalam penggunaan teknologi informasi untuk pengembangan usaha kecil menengah.
2. Menganalisis kemampuan dan peran serta wanita dalam mengembangkan usaha kecil menengah.
3. Memperoleh alternatif peningkatan kemampuan dan peran serta wanita dalam pengembangan usaha kecil menengah.
STUDI PERAN PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI DI
KOTA PEKALONGAN
pengarang : Victorianus Aries Siswanto
Abstraksi:
Bidang teknologi informasi memberi prospek
pada bangsa Indonesia yang tengah dilanda krisis ekonomi. Untuk itu
bisnis yang didukung oleh teknologi informasi perlu mendapat perhatian
yang khusus karena sifatnya yang strategis bagi bangsa Indonesia. Jumlah
wanita yang mendalami teknologi masih sangat sedikit, yang artinya hal
ini menunjukkan bahwa minat wanita dalam bidang teknologi masih minim.
Disisi lain, kemampuan dan keahlin para
wanita dalam menggunkan teknologi informasi juga haru terus
ditinggkatkan. Metode penambahan wawasan dan informasi serta peningkatan
kammpuan dan keahlin dapat dilakukan dengan cara pelatihan, workshop
dengan tehnik yang praktis dan sederhanan dalam penyampiannya.
LATAR BELAKANGKrisis ekonomi di Indonesia yang tidak kunjung selesai membuat usaha-usaha besar gulung tikar dan membuat beban bagi bangsa dan negara makin berat karena dengan usaha yang gulung tikar maka semakin banyaknya pengangguran dan tanggung jawab negara uga akan semakin besar. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah seolah-olah tidak ada hasilnya, PHK dan pengangguran pun semakin bertambah, ditambah lagi bulan Mei 2008 BBM naik lagi, semakin komplekslah masalah perekonomian di Indonesia.
Bila dicermati secara lebih mendalam, ternyata usaha kecil yang kadang dianggap remeh justru usaha tersebut dapat bertahan dan bahkan semakin berkembang. Dalam menghadapi era globalisasi, banyak negara yang tergabung dalam Dewan Milenium, pada September 2000 di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyepakati kerangka pembangunan global untuk perbaikan dan pencapaian kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik dan layak. Kerangka tersebut dituangkan dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Develpoment Goals, MDGs). Isi kerangka tersebut yang telah di sepakati tersebut sama seperti Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. Tujuan pembangunan milenium yang dideklarasikan adalah mengentaskan kemiskinan dan kelaparan, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita serta menjamin keberlangsungan lingkungan hidup.
Tahun 2000 penduduk Indonesia berjumlah 209 juta merupakan jumlah penduduk terbesar ke 4 didunia. Dari jumlah tersebut 105 juta (50,24%) adalah wanita dan 10 juta (49,76%) pria. Dari data tersebut sudah dapat dilihat bahwa umlah wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Indonesia yang berusia10 tahun keatas, pendidikan yang ditamatkan wanita masih lebih rendah dari pria di semua jenjang pendidikan terlebih lagi pada tingkat perguruan tinggi. Di kota: 27% wanita tidak tamat SD, 28% tamat SD, 18% tamat SLTP, 22% tamat SMU/SMK, dan hanya 5% tamat perguruan Tinggi,
Disamping karna faktor pendidikan, munculnya persoalan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor ideologi, struktural dan kultural, ketiganya saling terkait menguatkan satu situasi dengan situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi perempuan. Ideologi yang bergandengan dengan ideologi gender telah merasuki struktur kultural masyarakat yang menempatkan perempuan di posisi pinggiran. Nilai-nilai yang mengunggulkan peran dan status laki-laki telah mendukung terciptanya peran dan status perempuan yang bersifat sekunder. Persoalan wanita adalah persoalan struktural dengan faktor, penyebab dan kendala yang tidak tunggal antara lain adanya keterbatasan kaum wanita untuk memperoleh pendidikan, memperoleh akses ekonomi, berorganisasi, beraspirasi dan lainnya masih tetap berlaku. Budaya Tradisional dimana adanya ketimpangan gender. Kondisi-kondisi itu lah yang membuat wanita pada posisi yang terjepit dan semakin tidak bisa bergerak.
Keadaan sekarang yang banyak terjadi adalah suami yang seharusnya sebagai kepala rumah tangga sudah banyak yang menjadi pengangguran tidak kentara, padahal kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak berjalan terus setiap harinya. Dengan keadaan inilah untuk menjaga kelangsungan hidup dan keluarganya, para istri yang semula sebagai ibu rumah tangga mulai berperan ganda melibatkan diri dalam berbagai usaha yang produktif. Sebenarnya wanita sangat berpotensi untuk menciptakan berbagai kegiatan yang produktif yang dapat membantu ekonomi keluarga. Dengan potensi tersebut wanita dapat berperan dalam pemulihan ekonomi yang masih diselimuti berbagai permasalahan.
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Seberapa jauh wanita menggunakan teknologi informasi dalam pengembangan usaha kecil menengah.
2. Seberapa jauh peran serta wanita dalam usaha kecil menengah.
3. Bagaimana kemungkinan pengembangan kemampuan dan peran serta mereka dalam pengembangan usaha kecil menengah.
TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis peran wanita dalam penggunaan teknologi informasi untuk pengembangan usaha kecil menengah.
2. Menganalisis kemampuan dan peran serta wanita dalam mengembangkan usaha kecil menengah.
3. Memperoleh alternatif peningkatan kemampuan dan peran serta wanita dalam pengembangan usaha kecil menengah.