judul :
sumber : http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fti2/article/download/267/418
pengarang : Victorianus Aries Siswanto
TELAAH PUSTAKA
Perempuan Indonesia menghadapi persoalan yang spesifik gender, yaitu persoalan yang hanya muncul karena seseorang atau kelompok orang adalah perempuan. Tidak saja di kalangan laki-laki, tapi kaum perempuan sendiri yang masih banyak tidak menyadari hal tersebut, sehingga memandang tidak perlu persoalan perempuan harus dibahas dan diperhatikan secara khusus.
Hal ini terjadi karena mendalamnya penanaman nilai-nilai mengenai peran laki-laki dan perempuan, yang menganggap sudah kodratnya perempuan sebagai ratu rumah tangga, sebagai pengendali urusan domestik saja begitu dominan di masyarakat kita, sehingga adanya pikiran dan keinginan mengenai kesempatan beraktivitas di luar domain rumah tangga dianggap sesuatu yang mengada-ada, dan tidak pantas. Sehingga tidak aneh muncul paradigma perempuan tidak perlu sekolah tinggi toh akhirnya hanya akan mengurus sekitar kasur, sumur, dan dapur. (Sri Lestari,2007).
Dengan seiring kemajuan arus globalisasi, wanita sudah mulai menampilkkan kemampuannya walaupun masih lebih rendah dibanding laki-laki. Ditunjukkan oleh data BPS tahun 2000, wanita sekarang mulai terlihat memiliki motivasi untuk terjun dibidang wiraswasta atau usaha dengan alasan mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja Sebenarnya sudah lama sebagian wanita Indonesia terlibat dalam wiraswasta namun karena masih adanya persoalan spesific gender, maka pemberdayaan wanita itu belum tersentuh dan belum nampak di bumi Indonesia ini.
Menurut Cakrawala Cinta (Ide Usaha Kecil dan Madya,1994), terdapat perbedaaan penting yang menentukan jiwa kewiraswastaan, antara pria dan wanita, yang mana kebanyakan wanita sulit untuk maju karena :
1). Wanita kurang diajar bersaing, Mereka kurang bertanding, malahan cenderung menghindari konfrontasi, karena konfrontasi bukan sifat lemah lembutnya wanita,
2).Wanita terlalu melihat detail perkara-perkara kecil, mereka terlalu berkepentingan atas hal- hal yang detail dari masalah, sehingga tidak terbiasa melihat kedudukan perspektif keseluruhannya.
3). Wanita emosionil dalam situasi yang tidak tepat, sehingga banyak wanita menghabiskan waktu memikirkan ”apa kata orang nanti” ketika seharusnya dia berpikir secara profesional untuk menyelesaikan tugasnya, sering menanam ”perasaan tidak enak” secara berkepanjangan, sering emosionil dan sentimentil apabila dikritik tentang pekerjaannya, sikap maupun penampilannya.
4).Wanita kurang berani mengambil resiko, berkaitan dengan sering memikirkan ”apa kata orang nanti”, wanita cenderung melakukan tugas–tugas secara aman dan average.
5).Wanita kurang cukup agresif, karena sifat agresif tidak searah dengan pendidikan yang diterimanya selama ini, bahwa wanita harus feminim, jangan agresif, sehingga tidak ”berani” mengungkapkan perasaan dan idenya secara tegas (asertif), dan tidak ”berani” mengatakan ”tidak” atas pendapat dan sikap teman kerjanya yang diketahuinya salah.
6). Mereka lebih senang bereaksi dari pada mengambil inisiatif, mereka terlalu rikuh untuk menonjolkan kelebihan pendapat dan kepemimpinannya dan lebih suka jalur yang telah ada.
7). Wanita lebih berorientasi pada tugas dari pada tujuan, berpikir besar pada tujuan dan sasaran, terkalahkan oleh kebiasaannya dalam pekerjan rutin dan yang detail.
Istilah wiraswasta atau wirausaha sebagai kata intrepreneur, berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang dan swa berarti sendiri dan “ta” berarti berdiri, sehingga swasta berarti berdiri diatas kaki sendiri atau berdiri atas kemampuan sendiri.
Dengan demikian wiraswasta/wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan dalam bidang usaha.
Dengan kata lain wirausaha adalah orang-orang yang memiliki sifat/jiwa kewirausahaan/kewiraswastaan,yaitu berani mengambil resiko, keutamaan, kreativitas, keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri. (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No 1 tahun I, 2006)
STUDI PERAN PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI DI
KOTA PEKALONGAN
pengarang : Victorianus Aries Siswanto
TELAAH PUSTAKA
Perempuan Indonesia menghadapi persoalan yang spesifik gender, yaitu persoalan yang hanya muncul karena seseorang atau kelompok orang adalah perempuan. Tidak saja di kalangan laki-laki, tapi kaum perempuan sendiri yang masih banyak tidak menyadari hal tersebut, sehingga memandang tidak perlu persoalan perempuan harus dibahas dan diperhatikan secara khusus.
Hal ini terjadi karena mendalamnya penanaman nilai-nilai mengenai peran laki-laki dan perempuan, yang menganggap sudah kodratnya perempuan sebagai ratu rumah tangga, sebagai pengendali urusan domestik saja begitu dominan di masyarakat kita, sehingga adanya pikiran dan keinginan mengenai kesempatan beraktivitas di luar domain rumah tangga dianggap sesuatu yang mengada-ada, dan tidak pantas. Sehingga tidak aneh muncul paradigma perempuan tidak perlu sekolah tinggi toh akhirnya hanya akan mengurus sekitar kasur, sumur, dan dapur. (Sri Lestari,2007).
Dengan seiring kemajuan arus globalisasi, wanita sudah mulai menampilkkan kemampuannya walaupun masih lebih rendah dibanding laki-laki. Ditunjukkan oleh data BPS tahun 2000, wanita sekarang mulai terlihat memiliki motivasi untuk terjun dibidang wiraswasta atau usaha dengan alasan mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja Sebenarnya sudah lama sebagian wanita Indonesia terlibat dalam wiraswasta namun karena masih adanya persoalan spesific gender, maka pemberdayaan wanita itu belum tersentuh dan belum nampak di bumi Indonesia ini.
Menurut Cakrawala Cinta (Ide Usaha Kecil dan Madya,1994), terdapat perbedaaan penting yang menentukan jiwa kewiraswastaan, antara pria dan wanita, yang mana kebanyakan wanita sulit untuk maju karena :
1). Wanita kurang diajar bersaing, Mereka kurang bertanding, malahan cenderung menghindari konfrontasi, karena konfrontasi bukan sifat lemah lembutnya wanita,
2).Wanita terlalu melihat detail perkara-perkara kecil, mereka terlalu berkepentingan atas hal- hal yang detail dari masalah, sehingga tidak terbiasa melihat kedudukan perspektif keseluruhannya.
3). Wanita emosionil dalam situasi yang tidak tepat, sehingga banyak wanita menghabiskan waktu memikirkan ”apa kata orang nanti” ketika seharusnya dia berpikir secara profesional untuk menyelesaikan tugasnya, sering menanam ”perasaan tidak enak” secara berkepanjangan, sering emosionil dan sentimentil apabila dikritik tentang pekerjaannya, sikap maupun penampilannya.
4).Wanita kurang berani mengambil resiko, berkaitan dengan sering memikirkan ”apa kata orang nanti”, wanita cenderung melakukan tugas–tugas secara aman dan average.
5).Wanita kurang cukup agresif, karena sifat agresif tidak searah dengan pendidikan yang diterimanya selama ini, bahwa wanita harus feminim, jangan agresif, sehingga tidak ”berani” mengungkapkan perasaan dan idenya secara tegas (asertif), dan tidak ”berani” mengatakan ”tidak” atas pendapat dan sikap teman kerjanya yang diketahuinya salah.
6). Mereka lebih senang bereaksi dari pada mengambil inisiatif, mereka terlalu rikuh untuk menonjolkan kelebihan pendapat dan kepemimpinannya dan lebih suka jalur yang telah ada.
7). Wanita lebih berorientasi pada tugas dari pada tujuan, berpikir besar pada tujuan dan sasaran, terkalahkan oleh kebiasaannya dalam pekerjan rutin dan yang detail.
Istilah wiraswasta atau wirausaha sebagai kata intrepreneur, berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang dan swa berarti sendiri dan “ta” berarti berdiri, sehingga swasta berarti berdiri diatas kaki sendiri atau berdiri atas kemampuan sendiri.
Dengan demikian wiraswasta/wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan dalam bidang usaha.
Dengan kata lain wirausaha adalah orang-orang yang memiliki sifat/jiwa kewirausahaan/kewiraswastaan,yaitu berani mengambil resiko, keutamaan, kreativitas, keteladanan dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri. (Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No 1 tahun I, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar