Pertemuan Tidak Terduga
Sore itu hujan demikian lebat. “hhuuhh, dingin banget sih. Kalo aku sekarang lagi di rumah, aku lagi duduk di depan tv sambil minum coklat anget buatan mba.” bayangku yang sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang yang sedang aku alami, berdiri di sebuah halte, kedinginan dengan tangan kulipat di dada sambil memperhatikan jalan.
Sebenernya salahku juga sih gak dengerin kata mama yang menyuruhku gak usah ikut les dulu hari ini.
“Gak usah les dulu deh kamu hari ini, kayanya bakal ujan gede. Lagian kamu juga lagi gak enak badan gitu.” Seketika kata-kata mama tadi teringat kembali.
“Gak apa-apa, Ma. Nanti Aku pulangnya bareng sama Reza kok, apa gak minta jemput sama Aryo.” Balasku.
Dan ternyata? Reza teman sekelasku di sekolah dan les yang rumahnya satu arah tidak masuk. Harapan terakhir minta jemput sama Aryo. Pacarku yang beda sekolah denganku. Ternyata dia masih ada rapat OSIS yang gak bisa ditingalinnya karena dia sebagai ketua OSIS dan sekolahnya yang sebentar lagi mau ngadain suatu acara. Aku sebagai pacar yang pengertian jadi aku harus bisa memahami kesibukannya. Yah, dan sore ini, di halte ini, aku meringkuk sendirian.
“ Ehh, Alya?” sebuah suara mengagetkanku. Seketika aku menengok ke orang yang memanggil namaku tadi. Dan wow, Tuhan memang Maha Adil.
Di depanku sudah berdiri Kevin, kakak kelasku di sekolah. Rambut dan bajunya basah karena air hujan. Heran, dalam keadaan begini, Kevin tambah keren saja. Aku kaget sampai tidak tahu mesti bilang apa. Karena Kevin adalah kakak kelas yang aku taksir sejak aku masih di kelas satu. Aku cukup dekat dengan dia karena aku satu ekskul dengannya. Cowok ini memang punya segalanya yang membuat cewe tergila-gila sama dia. Udah ganteng, pintar, ramah, baik hati, dan dia juga jadi kapten voli di sekolah. Tragisnya, cinta pertama ini terpaksa harus kandas di tengah jalan karena Kevin sudah punya pacar yaitu Fina, cewe satu angkatan dengannya yang juga kakak kelasku di sekolah. Fina merupakan cewe yang punya segalanya. Cantik, pinter, ramah, tajir tapi dia gak sombong. Bisa dibilang dia cewe yang sempurna dan cocok sama kevin. Dan aku mesti menelan kekecewaan, menyimpan rapat dalam hati, menyembunyikannya bahkan kalau mungkin menghilangkan sama sekali dari anganku.
“Al, dari mana?” tanya Kevin kalem.
“Dari les tadi kak. Kakak sendiri dari mana?” Jawabku.
Aku mencoba menenangkan diri. Walaupun sudah aku kubur rasa suka ini tapi tetap saja masih deg-degkan kalo bertemu dengan Kevin.
“Baru balik dari sekolah. Abis ngumpul sama anak- anak dulu tadi.”
“Owwhh.. Padahal udah mau ujian tapi masih bisa ngumpul-ngumpul gitu ya kak? Dikirain udah sibuk belajar buat ujian. Hehehehe.. “ mencoba mencairkan suasana.
“ Belajar ya tetep belajar, main ya tetep main. Kalo belajar terus gak ada mainnya bisa setres juga lama-lama.”
“Iya bener banget tuh, asal bisa bagi waktunya aja.”
“Yapss bener banget.”
“Tumben kak naik angkot gak bawa motor?”
“Motornya ngambek dipake terus jadi dia minta diservis deh. Ohh iya waktu itu lu lagi nyari novel Ulysses Moore yang terbarukan? ” sambil mencari sesuatu di dalam tasnya.
“Iya nih, udah berapa toko buku aku cari stoknya abis terus.” Jawabku sambil memperhatikan Kevin yang masih cibuk mencari sesuatu di tasnya.
“Nah ini dia.” Mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya dan memberikannya kepadaku.“Nih gue punya novelnya.”
Aku ambil novel itu darinya. “Wahh.. kak udah punya? Aku boleh pinjem nih novelnya kak?” tanyaku dengan semangat.
“Iya.. lagian gue juga udah selesai bacanya kok.” Katanya dengan senyum manisnya yang gak ada obatnya.
Deg-degan di hati ini tidak malah sirna, malahan semakin kencang. Seperti juga hujan di depanku, tiba-tiba aku ingin hujan ini tidak reda supaya hari ini aku lebih lama bersama Kevin. Ya setidaknya hari ini.
“Duh, hujannya miring ke sini Al, kita pindah yuk,” ajak Kevin sambil memegang pundakku.
Aku kaget tidak karuan. Lalu kami bergeser hingga di sudut halte. Saat itu rasanya hujan sedemikian berwarna.
Pesona Kevin tidak pernah sirna walaupun dia sudah punya pacar. Dan, aku yakin kok, kalau tidak cuman aku saja yang mimpi, tapi banyak cewek di sekolah yang naksir dengan Kevin.
Dan, hari ini aku ada di sampingnya. Di saat hujan lagi. Berdampingan dengannya. Tentu tidak semua cewek seberuntung aku, selain pacarnya tentunya.
Hujan turun cukup lama. Kami mengebrol berbagai macam pembicaraan dari mulai sekolah, ekskul, film dan yang lainnya hingga akhirnya hujan reda.
“Hujannya mulai reda Al, kita balik yuk!” kata Kevin tiba-tiba.
Aku gelagapan. Sungguh, kalau boleh aku meminta pada-Mu Tuhan, biarlah hujan hari ini terus turun sampai nanti malam. Bahkan sampai besok atau sampai satu tahun lagi. Hihihihi.... aku ketawa dalam hati. Konyol sekali.
Kevin kembali mengajakku. Dan aku berjalan dengannya hingga kami harus berpisah karena Kevin berbeda jurusan angkot denganku.
“Sampai ketemu di sekolah ya Al.” Katanya lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar