Nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) terus melemah sejak pertengahan 2013 sampai sekarang. Bank
Indonesia (BI) mencatat depresiasi kurs mencapai 25,5%.
Hal itu dikemukakam Gubernur BI Agus Martowardojo dalam acara
Banker’s Dinner di JCC, Jakarta, Kamis (20/11/2014). Acara ini dihadiri oleh
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sejak Mei 2013 sampai mid November 2014, kurs telah terdepresiasi
sebesar 25,5%,” kata Agus.
Menurutnya, hal ini tak lepas dari struktur perekonomian yang rapuh
di tengah tekanan eksternal. Pertumbuhan ekonomi domestik pada 2014 masih
mengalami tren penurunan, melanjutkan yang terjadi sejak 2013.
Di samping itu, lanjut Agus, ekspor menurun tajam akibat melemahnya
permintaan dari negara-negara mitra dagang utama. Ditambah lagi dengan
merosotnya harga komoditas ekspor berbasis sumber daya alam (SDA).
“Konsekuensinya, pertumbuhan ekonomi di sebagian besar provinsi yang
perekonomiannya berbasis ekspor produk ekstraktif, terutama di Sumatera dan
Kalimantan, juga menurun drastis,” terang Agus.
Kemudian, pelemahan rupiah juga dipicu oleh tingginya impor migas,
salah satunya Bahan Bakar Minyak. Konsumsi energi tidak bisa terpenuhi dari
dalam negeri sehingga masih terus mengandalkan impor
Kesimpulan : hal ini tak lepas dari struktur perekonomian yang
rapuh di tengah tekanan eksternal. Pertumbuhan ekonomi domestik pada 2014 masih
mengalami tren penurunan dan ekspor menurun tajam akibat melemahnya
permintaan dari negara-negara mitra dagang utama. Ditambah lagi dengan
merosotnya harga komoditas ekspor berbasis sumber daya alam (SDA).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar