PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) memutar otak untuk melunasi obligasi jatuh tempo pada Juli 2015. Setelah batal menerbitkan obligasi global, BRAU bakal meraih bantuan dari induk, Asia Resource Minerals Plc (ARMS).
Direktur Utama BRAU Amir Sambodo mengatakan, ARMS yang menggenggam 84,7 persen saham BRAU, akan menjual saham dengan mekanisme rights issue di Bursa London.
Pemegang saham ARMS lain, Nathaniel Rothschild memberikan komitmen menjadi pembeli siaga jika saham rights issue ARMS tak terserap. ARMS telah menunjuk konsultan mengkaji aksi korporasi itu. Sayangnya, belum jelas saham yang akan dilepas. Begitu juga mekanisme rights issue.
"Apakah penerbitan saham baru, atau pemecahan saham, ataukah private placement, semua peluang masih dihitung. Tetapi yang jelas, sudah ada komitmen dana sebesar US$ 100 juta," ujar Amir.
Amir memastikan, aksi korporasi itu akan dieksekusi pada Maret 2015, sebelum masa jatuh tempo obligasi BRAU pada 8 Juli 2015. Obligasi tersebut terbitan anak usahanya, Berau Capital Resources (BCR). Tingkat bunga obligasi BCR terbilang tinggi, yaitu 12,5 persen per tahun. Sebelumnya, BRAU sempat berikhtiar melunasi utang di awal dengan merilis obligasi baru 450 juta dollar AS.
Manajemen BRAU sebelumnya menyatakan menunda penerbitan lantaran kondisi pasar dianggap kurang kondusif. Amir bilang, selain mendapatkan bantuan induk usaha, BRAU juga memiliki alokasi dana initial public offering (IPO) untuk melunasi utang Rp 129 miliar atau sekitar 11 juta dollar AS. Sisa kebutuhan dana, yakni 339 juta dollar AS dari beberapa opsi seperti menerbitkan obligasi baru. BRAU juga membuka peluang menjual aset.
"Kalau menjual aset belum ada rencana. Diusahakan refinancing, bisa dengan utang baru," kata dia.
BRAU juga memiliki obligasi 500 juta dollar AS jatuh tempo pada 13 Maret 2017. Surat utang itu memiliki bunga 7,25 persen per tahun. Rencananya, BRAU juga akan mempercepat pelunasan obligasi jika meraih pendanaan lebih. Meski berkutat dengan utang, BRAU masih menyiapkan belanja modal sekitar 30 juta untuk ekspansi.
Sejak tahun lalu, BRAU menahan ekspansi lantaran harga batubara melemah. Alokasi belanja modal tahun depan sama dengan alokasi tahun ini. Sampai dengan akhir tahun 2014, belanja modal BRAU hanya terserap sekitar 10 juta dollar AS. "Karena banyak ekspansi yang ditahan dan baru akan dilakukan tahun depan," ujar Amir.
Belanja modal itu untuk penambahan kapasitas fasilitas pengolahan batubara, loading conveyor, dan hauling road di Lati, Binungan, dan Sambarata. BRAU juga akan membangun terminal batubara di Suaran, dan menambah dua unit fasilitas tongkang pengangkut batubara. Harapannya tahun depan BRAU bisa lebih efisien. (Narita Indrastiti)
Direktur Utama BRAU Amir Sambodo mengatakan, ARMS yang menggenggam 84,7 persen saham BRAU, akan menjual saham dengan mekanisme rights issue di Bursa London.
Pemegang saham ARMS lain, Nathaniel Rothschild memberikan komitmen menjadi pembeli siaga jika saham rights issue ARMS tak terserap. ARMS telah menunjuk konsultan mengkaji aksi korporasi itu. Sayangnya, belum jelas saham yang akan dilepas. Begitu juga mekanisme rights issue.
"Apakah penerbitan saham baru, atau pemecahan saham, ataukah private placement, semua peluang masih dihitung. Tetapi yang jelas, sudah ada komitmen dana sebesar US$ 100 juta," ujar Amir.
Amir memastikan, aksi korporasi itu akan dieksekusi pada Maret 2015, sebelum masa jatuh tempo obligasi BRAU pada 8 Juli 2015. Obligasi tersebut terbitan anak usahanya, Berau Capital Resources (BCR). Tingkat bunga obligasi BCR terbilang tinggi, yaitu 12,5 persen per tahun. Sebelumnya, BRAU sempat berikhtiar melunasi utang di awal dengan merilis obligasi baru 450 juta dollar AS.
Manajemen BRAU sebelumnya menyatakan menunda penerbitan lantaran kondisi pasar dianggap kurang kondusif. Amir bilang, selain mendapatkan bantuan induk usaha, BRAU juga memiliki alokasi dana initial public offering (IPO) untuk melunasi utang Rp 129 miliar atau sekitar 11 juta dollar AS. Sisa kebutuhan dana, yakni 339 juta dollar AS dari beberapa opsi seperti menerbitkan obligasi baru. BRAU juga membuka peluang menjual aset.
"Kalau menjual aset belum ada rencana. Diusahakan refinancing, bisa dengan utang baru," kata dia.
BRAU juga memiliki obligasi 500 juta dollar AS jatuh tempo pada 13 Maret 2017. Surat utang itu memiliki bunga 7,25 persen per tahun. Rencananya, BRAU juga akan mempercepat pelunasan obligasi jika meraih pendanaan lebih. Meski berkutat dengan utang, BRAU masih menyiapkan belanja modal sekitar 30 juta untuk ekspansi.
Sejak tahun lalu, BRAU menahan ekspansi lantaran harga batubara melemah. Alokasi belanja modal tahun depan sama dengan alokasi tahun ini. Sampai dengan akhir tahun 2014, belanja modal BRAU hanya terserap sekitar 10 juta dollar AS. "Karena banyak ekspansi yang ditahan dan baru akan dilakukan tahun depan," ujar Amir.
Belanja modal itu untuk penambahan kapasitas fasilitas pengolahan batubara, loading conveyor, dan hauling road di Lati, Binungan, dan Sambarata. BRAU juga akan membangun terminal batubara di Suaran, dan menambah dua unit fasilitas tongkang pengangkut batubara. Harapannya tahun depan BRAU bisa lebih efisien. (Narita Indrastiti)
Kesimpulan : seharusnya belanja modal untuk penambahan kapasitas fasilitas pengelolaan batubara, dan membangun terminal batubara di suaran, serta menambah dua unit fasilitas tongkang pengangkut batubara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar