Kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK dinilai masih belum memberikan implikasi maksimal terhadap kondisi makro perekonomian Indonesia.
CEO IndoSterling Capital, William Henley mengatakan, kalaupun ada perubahan struktural yang diimplementasikan oleh Kabinet Jokowi-JK sejak pelantikan, implikasinya masih relatif minim terhadap kondisi makro Indonesia.
"Saat ini, faktor eksternal lebih banyak berperan, terutama terkait dengan masalah yang dihadapi oleh Russia akibat melemahnya harga minyak yang telah turun di bawah 60 dollar AS per barel. Kondisi melemahnya harga minyak global menimbulkan dampat negatif yang signifikan terhadap perekonomian Russia, karena sekitar 50 persen pendapatan negara Rusia diperoleh dari minyak dan gas," ujarnya.
CEO IndoSterling Capital, William Henley mengatakan, kalaupun ada perubahan struktural yang diimplementasikan oleh Kabinet Jokowi-JK sejak pelantikan, implikasinya masih relatif minim terhadap kondisi makro Indonesia.
"Saat ini, faktor eksternal lebih banyak berperan, terutama terkait dengan masalah yang dihadapi oleh Russia akibat melemahnya harga minyak yang telah turun di bawah 60 dollar AS per barel. Kondisi melemahnya harga minyak global menimbulkan dampat negatif yang signifikan terhadap perekonomian Russia, karena sekitar 50 persen pendapatan negara Rusia diperoleh dari minyak dan gas," ujarnya.
Dia menyebutkan bahwa kondisi yang dihadapi oleh rupiah akhir-akhir ini lebih banyak didorong oleh faktor sentimen. Munculnya sentimen negatif karena sebagian investor membandingkan kondisi antara Indonesia dengan kondisi Russia, yang sebenarnya sangat jauh berbeda.
Saat ini, investor asing memiliki portofolio sebesar 39 miliar dollar AS dalam bentuk obligasi Indonesia. Apabila terjadi aksi jual atas portofolio tersebut oleh investor asing, cadangan devisa Indonesia yang berkisar 110 miliar dollar AS masih memadai untuk meredam gejolak.
Kesimpulan : Dia menyebutkan bahwa kondisi yang dihadapi oleh rupiah akhir-akhir ini lebih banyak didorong oleh faktor sentimen. Munculnya sentimen negatif karena sebagian investor membandingkan kondisi antara Indonesia dengan kondisi Russia, yang sebenarnya sangat jauh berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar