Setelah 19 hari melakukan proses
evakuasi AirAsia QZ8501, Basarnas mengisyaratkan akan menghentikan operasinya.
Menurut aturan UU, proses evakuasi bencana adalah hingga 7 hari setelah
kejadian. Berapa biaya yang dihabiskan selama ini, dan siapa yang membayarnya?
Seperti dilansir Tempo, komponen
biaya termahal dalam operasi evakuasi ini adalah biaya BBM atau Avtur. Untuk
satu pesawat jenis Hercules, dibutuhkan avtur seharga Rp 121 juta sekali
terbang. TNI AU menerbangkan dua pesawat Hercules C-130 secara bersamaan untuk
mencari jejak pesawat Air Asia, yakni Alpha 1323 dan Alpha 1319. Sehingga,
perlu 20 ribu liter avtur untuk sekali operasi tiap hari. Selain pesawat
Hercules C-130, TNI AU juga menerbangkan satu unit Boeing 737 dan dua unit helikopter
Super Puma.
Sementara itu jpnn.com melakukan
kalkulasi sebagai berikut. Pengeluaran bahan bakar dari semua pesawat dan
helikopter, sedikitnya mencapai 8.000 sampai 9.000 liter avtur per hari.
Harga bahan bakar
untuk pesawat (avtur) yang ditetapkan Pertamina untuk tiga bulan ke depan
tercatat Rp8.934,30 per liter. Jika harga avtur tadi dikalikan dengan kebutuhan
satu pesawat seharian penuh, maka biaya bahan bakar saja berkisar Rp64,38 juta.
Ketika kembali
dikali selama dua pekan, maka ongkos ‘minum’ enam helikopter dan tiga pesawat
itu hampir Rp8,1 miliar.
Bagaimana dengan logistik untuk para
relawan? Dari data yang didapat, jumlah personel basarnas yang menyesaki Lanud
Iskandar mencapai 253 personel. Itu terdiri dari 89 personel dari Banjarmasin,
37 personel asal Kobar, 45 personel dari Jakarta, ada 15 personel dari
Pontianak, dan 67 personel dari Basarnas Pusat.
Sehari-harinya, Pemerintah
Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah melalui BPBD Kobar mengalokasi
dana logistik Rp15 juta atau Rp210 hingga dua pekan ini. Anggaran itu pun
dirasa masih kurang. Kepala BPBD Kotawaringin Barat Hermon mengatakan, selama
ini pihaknya banyak dibantu pihak swasta untuk mencukupi kebutuhan logistik.
Anggaran paling
besar keluar di Pelabuhan Laut Panglima Utar Kumai, Pangkalan Bun. Di daerah
pesisir itu, pemerintah menurunkan 15 kapal untuk mencari AirAsia dengan
rincian 13 kapal perang milik TNI Angkatan Laut (AL), 1 kapal Baruna Jaya milik
BPPT dan 1 kapal milik SKK Migas.
“Sementara yang
masih di pelabuhan baru lima kapal, sepuluh kapal Indonesia, dan tujuh kapal
asing lainnya masih di selat Karimata,” tegas Plh Kepala Kantor Kesyahbandaran
dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Kumai Suyanto.
Ditemui terpisah, Panglima TNI
Jenderal Moeldoko membeberkan, satu unit kapal perang kelas fregat dengan
panjang sekiar 100 meter membutuh bahan bakar solar Rp900 juta untuk berlayar
sehari penuh.
Jika 13 kapal TNI
semuanya keluar berlayar, maka ongkos yang dihabiskan sehari mencapai Rp11,3
miliar atau Rp158,2 miliar hingga dua pekan ini.
Dari Mana Sumber Biaya?
Presiden Direktur AirAsia Indonesia,
Sunu Widyatmoko menyatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses evakuasi
para jenazah korban Air Asia QZ 8501 kepada pemerintah.
“Kami belum mikir kesana (biaya
evakuasi korban). Tapi sepertinya itu memang tugas pemerintah,” kata Sunu di
Surabaya, Jumat (2/1/2015).
Berdasarkan PMK
No 81/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada K/L dan PMK No. 214/2013 tentang
Bagan Akun Standar, setahun lalu negara memberikan anggaran sebesar Rp3
triliun kepada basarnas untuk kegiatan tanggap darurat penanganan
bencana.
Kepala
Basarnas Marsdya Bambang Soelistyo pada 9 Januari lalu mengatakan, bahan bakar
yang digunakan oleh armada yang melakukan pencarian dan evakuasi pesawat
AirAsia QZ8501 akan ditanggung oleh Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK
Migas). SKK Migas akan menanggung penggunaan bahan bakar oleh pesawat dan kapal
baik milik TNI, Polri, Basarnas, maupun unsur lainnya.
Source : http://liputanislam.com/berita/berapa-biaya-evakuasi-air-asia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar